Sabtu, 12 Desember 2015

Desa Waerebo

Desa Waerebo
  1. Letak Geografis
Kampung Wae Rebo terletak di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Kecamatan Satarmese Barat. Berada sekitar 1.100 mdpl, Wae Rebo merupakan sebuah desa terpencil yang dikelilingi pegunungan dan panorama hutan tropis lebat. Gunung-gunung megah yang mengelilinginya membuat desa ini terisolasi. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakatnya harus berjalan kaki menembus hutan sepanjang 9 kilometer untuk sampai ke Denge, desa yang paling dekat dengan Wae Rebo.
  1. Kondisi Fisik
Desa Waerebo merupakan salah satu desa di Flores yang masih kuat akan budaya dan adat nya. Kondisi fisik desa Waerebo sekarang ini masih sangat terjaga keaslian, keasrian, alam dan juga kebersihan yang masih sangat terjaga. Terdapat 7 rumah utama di Desa Waerebo ini rumah tersebut dimanakan rumah Mbaru Niang yang merupakan rumah adat di desa tersebut. Lebih dari beberapa dasawarsa terakhir, jumlah mbaru niang di Desa Wae Rebo hanya tinggal empat buah saja. Rumah yang tersisa itu pun sebenarnya sudah sekarat kondisinya, lapuk dimakan usia.
Masyarakatnya tak mampu lagi untuk membangun kembali dan melengkapinya menjadi tujuh buah rumah seperti seharusnya. Kurangnya biaya menjadi alasan utama.
Tahun 2008 datanglah rombongan Yori Antar bersama rekan-rekanya. Mereka adalah para arsitek yang penasaran dengan kampung tradisional di pedalaman Flores ini. Hanya berdasarkan informasi dari internet dan kartu pos yang bergambar Wae Rebo, mereka begitu tertarik lalu nekat berangkat ke sana.
Melihat kondisi Wae Rebo yang sudah sekarat, Yori Antar dengan Yayasan Rumah Asuh berupaya untuk mengembalikan keadaannya kembali sehat. Bantuan dari swasta dan pemerintah serta beberapa donatur mulai mengalir, mereka tergerak untuk menyelamatkan Wae Rebo.
Tahun 2010, dua rumah kerucut yang sudah sekarat direnovasi. Selanjutnya tahun 2011 tiga rumah kerucut yang sebelumnya hilang dibangun kembali. Akhirnya Wae Rebo memiliki tujuh rumah kerucut lagi seperti sedia kala. Tahun berikutnya dua rumah lagi direnovasi, sehingga sekarang ketujuh rumah ini dalam kondisi yang sangat bagus.

  1. Aksesibilitas
Desa Wae Rebo bisa ditempuh 4 jam dengan berjalan kaki setapak dari desa Denge (desa yang paling dekat dari desa Waerebo sekitar 9km) menuju desa Waerebo. Dengan berjalan kaki dan menanjak akan memakan energi yang cukup banyak dan cukup melelahkan. Untuk menuju Denge menggunakan transportasi umum, kamu harus memulai perjalananmu dari Ruteng, ibukota Kabupaten Manggarai. Ada penerbangan langsung ke Ruteng dari Denpasar, hanya saja tidak setiap hari. Lebih mudah untuk ke Labuan Bajo terlebih dahulu baru sebelum melanjutkannya dengan bus atau travel menuju Ruteng.
Transportasi dari Ruteng ke Denge atau Dintor (Dintor adalah desa di dekat Denge) tidaklah banyak. Ada bemo, semacam angkot, yang beroperasi tidak setiap hari. Yang setiap hari tersedia adalah oto kayu, truk yang bagian bak belakangnya disulap dengan papan-papan menjadi tempat duduk penumpang.
Oto kayu ini pun hanya ada satu-dua yang beroperasi tiap hari. Mereka berangkat dari Terminal Mena di Ruteng sekitar jam 9 sampai 10 pagi. Sampai di Denge sekitar jam 2 siang. Mau waktu yang lebih fleksibel? Kamu bisa menggunakan ojek, namun harus siap terjaga selama perjalanan.
Di Dintor ada sebuah penginapan bernama Wae Rebo Lodge. Pemiliknya bernama Pak Martinus Anggo, orang Wae Rebo asli. Sedangkan di Denge, desa terakhir sebelum perjalanan menuju Wae Rebo, ada homestay Wejang Asih milik Pak Blasius Monta juga orang Wae Rebo. Di dekat homestay Wejang Asih ini pula terdapat Pusat Informasi dan Perpustakaan Desa Wae Rebo.
Pak Blasius Monta dan Pak Martinus Anggo adalah dua orang yang sering mempromosikan Wae Rebo sebagai tempat wisata. Mereka masih memiliki pertalian darah, tepatnya saudara sepupu.3-4 kilometer awal perjalanan adalah jalanan yang cukup untuk pemanasan.Tanjakannya belum terlalu curam, dan jalannya pun cukup lebar. Trek selanjutnya adalah jalan setapak di tengah hutan yang sangat rimbun. Beberapa kali jalurnya berada di pinggiran tebing yang langsung berbatasan dengan jurang yang sangat dalam.
Jalanan yang akan dilalui terus menanjak, hingga sampai di jarak 2400 meter sebelum Wae Rebo. Setelah itu, akan menemui jalan datar. Kurang dari satu kilometer dari Wae Rebo, jalananmu akan turun dan melewati kebun kopi.
  1. Prasarana
Prasarana di desa Waerebo dapat dikatakan minim. Dikarenakan lokasi desa ini sangat terisolasi dari dunia luar dan cukup jauh dari desa luar serta desa ini terletak diatas gunung sehingga prasarana di desa ini masih sangat minim tapi sangat indah akan alam dan juga kebersihanya.
  1. Fasilitas
Desa ini sudah memiliki fasilitas yang cukup bagi wisatawan yang berkunjung. Karena letak desa ini berada di atas gunung, fasilitas yang disediakan oleh masyarakat desa Waerebo juga sudah cukup baik seperti fasilitas toilet yang bersih dan juga terdapat air yang melimpah, selain itu juga terdapat tempat untuk menginap disalah satu rumah di desa tersebut yang dapat dibilang cukup nyaman dan sangat terasa keaslian dari desa tersebut. Selain itu juga terdapat tempat sampah diluar rumah sehingga wisatawan tidak perlu susah mencari tempat sampah. Dan masyarakat Waerebo juga memberikan kita fasilitas minuman seperti kopi dan teh yang disuguhkan kepada wisatawan yang baru tiba di desa tersebut.
Fasilitas yang ada di kawasan Desa Waerbeo:
= Pemandu lokal
= Information Service
= Tempat sampah
= Lavatory
= Tempat makan yang disediakan oleh penduduk desa
= Penjualan souvenir seperti kain, kopi, dll yang ada di salah satu rumah penduduk

  1. Aktivitas Wisata yang Dapat Dilakukan

Ada berbagai macam kegiatan wisata yang dapat dilakukan di Desa Waerebo anatara lain adalah melihat pemandangan alami gunung dan bukit yang membentang di Desa Waerebo, mengikuti kegiatan keseharian penduduk Desa Waerebo, Memanen kopi dari perkebunan penduduk waerebo, menyaksikan upacara adat, membantu memproses kopi dari biji menjadi bubuk siap seduh. Kegiatan lain yang dilakukan adalah Hiking dan tracking atau lintas Alam, kawasan Gunung Ruteng juga biasa digunakan untuk kegiatan wisata ilmiah berupa kegiatan pengamatan flora dan fauna.

  1. Pasar Wisata / Pengunjung

Pasar wisata / Pengunjung yang berkunjung ke kawasan wisata Desa Wae Rebo menurut demografi pengunjung untuk wisatawan mayoritas adalah orang dewasa dan sangat jarang sekali anak dibawah umur dikarenakan medan menuju Desa Waerebo yang sangat sulit, berasal dari luar pulau Flores bahkan dari luar Indonesia, dengan pekerjaan yang beraneka ragam dari mulai yang berhubungan dengan alam maupun tidak. Umumnya Desa Waerebo sangat diminati oleh wisatawan mancanegara yang biasa melakukan kegiatan ataupun perjalanan ke tempat-tempat yang masih jarang di jamah oleh orang lain.

  1. Pengelola

Pada saat ini Desa Waerebo di kelola oleh masyarakat Desa Waerebo dan dibantu oleh Lembaga Pelestarian Budaya Waerebo.

  1. Latar Belakang Sejarah

Wae Rebo merupakan bagian dari Desa Satar Lenda, Kecamatan Satarmese, Kabupaten Manggarai Barat, Flores.Disini wisatawan mendapat kesempatan untuk melihat dan tinggal di Mbaru Niang, sebuah rumah tradisional Flores yang masih tersisa dan hanya ada di kampung Wae Rebo. Pada tahun 2012 silam, Mbaru Niang mendapatkan penghargaan dari UNESCO. Pemandangan alam perbukitan dan hutan hijau yang masih asri, dengan diselimuti kabut yang kadang tersibak oleh hembusan angin sehingga memperlihatkan tujuh buah Mbaru Niang yang berdiri dengan anggunnya, merupakan sebuah pemandangan bak di negeri khayalan.
Wae Rebo yang berpenghuni 112 Kepala Keluarga atau sekitar 625 jiwa penduduk (data 2012) ini semakin mencuri perhatian wisatawan, terutama wisatawan dari mancanegara. Tidak bisa dipungkiri bahwa selain faktor biaya yang relatif mahal untuk sampai ke tempat ini, perjalanannya sendiri pun memberikan pengalaman berpetualang dan tantangan tersendiri. Dari data yang diperoleh pada tahun 2011, total ada 313 turis dari 19 negara yang datang berkunjung ke kampung ini.
Awalnya adalah Yori Antar, seorang arsitek asal Jakarta yang penasaran dengan Mbaru Niang dari sebuah kartu pos. Hingga pada 2008, Yori Antar berhasil ‘menemukan’ kampung Wae Rebo hanya berbekal kartu pos bergambar Mbaru Niang. Melalui laporannya, banyak wisatawan asing yang akhirnya mengetahui tempat ini dan kerap berkunjung ke Wae Rebo. Selain ingin mengetahui tentang Mbaru Niang, suasana Wae Rebo yang terisolir dari hiruk pikuk kota juga menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka. Kearifan lokal masyarakat pedalaman yang masih bergantung dari alam ini juga merupakan suguhan tersendiri ketika berkunjung ke kampung di atas awan ini. Salah satu kearifan lokal yang masih mereka pegang adalah menjaga kelestarian Mbaru Niang. Di Wae Rebo sendiri hanya boleh ada tujuh buah Mbaru Niang tidak kurang dan tidak lebih. Satu rumah Mbaru Niang bisa ditempati enam sampai delapan keluarga. Sisa masyarakat yang tidak tertampung di Wae Rebo harus pindah ke kampung Kombo, sebuah kampung yang terletak kira-kira lima kilometer dari Wae Rebo yang kemudian mendapat julukan kampung kembaran Wae Rebo karena sebagian besar penduduk kampung Kombo berasal dari Wae Rebo.
Penduduk Wae Rebo sendiri bukannya tanpa usaha selain mendapat tambahan dari wisatawan yang berkunjung. Kopi dan kain cura adalah salah satu usaha yang menjadi penghasilan utama dari penduduk kampung Wae Rebo. Kopi yang dijadikan komoditi adalah jenis arabika. Sedangkan kain cura menjadi kerajinan kain tenun yang dilakukan oleh ibu-ibu di Wae Rebo. Kain cura ini memiliki motif khas berwarna cerah. Untuk pejalan yang memang tertarik untuk mengoleksi kain tenun dari beberapa daerah di Indonesia, kain cura ini bisa menjadi pilihan tersendiri. Satu hal yang disayangkan dari kampung Wae Rebo sendiri adalah dari sektor pendidikan. Tidak ada sekolah di kampung ini. Oleh karena itu anak-anak harus menuntut ilmu di kampung Kombo, yang artinya mereka sudah harus merantau sejak umur tujuh tahun, kelas 1 SD.Menurut cerita dari mulut ke mulut yang belum bisa dipastikan kebenarannya, diketahui bahwa sekitar seribu tahun yang lalu, orang Minangkabau datang ke Wae Rebo dan menetap disini. Mereka inilah yang menjadi cikal bakal dan nenek moyang orang Wae Rebo.

  1. Obyek dan Daya Tarik Wisata yang dikunjungi

Objek dan daya Tarik wisata di Desa Waerebo yang paling utama adalah 7 rumah adat yang berada di Desa Waerebo. Dengan filosofi-filosofi yang terdapat didalamnya, mulai dari 7 jumlah rumah nya. Perabotan yang ada di dalamnya. Jumlah ruangannya. Dan juga jumlah tingkatan yang ada di dalam satu rumah adat tersebut. Selain itu letak desa yang berada di atas gunung juga menjadi daya tarik dari desa waerebo. Julukan desa diatas awan yang disandang oleh Desa Waerebo menunjukan bahwa desa ini terletak di atas pegunungan yang sangat indah.

1 komentar:

  1. terimakasih tulisannya mengenai sejarah awal dikenalnya wae rebo. sangat inspiring. Salam

    BalasHapus