Desa
Waerebo
- Letak Geografis
Kampung Wae Rebo
terletak di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, tepatnya di
Kecamatan Satarmese Barat. Berada sekitar 1.100 mdpl, Wae Rebo
merupakan sebuah desa terpencil yang dikelilingi pegunungan dan
panorama hutan tropis lebat. Gunung-gunung
megah yang mengelilinginya membuat desa ini terisolasi. Untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakatnya harus berjalan kaki
menembus hutan sepanjang 9 kilometer untuk sampai ke Denge, desa yang
paling dekat dengan Wae Rebo.
- Kondisi Fisik
Desa
Waerebo merupakan salah satu desa di Flores yang masih kuat akan
budaya dan adat nya. Kondisi fisik desa
Waerebo sekarang ini masih sangat terjaga keaslian, keasrian, alam
dan juga kebersihan yang masih sangat terjaga. Terdapat 7 rumah utama
di Desa Waerebo ini rumah tersebut dimanakan rumah Mbaru Niang yang
merupakan rumah adat di desa tersebut. Lebih dari beberapa
dasawarsa terakhir, jumlah mbaru niang di Desa Wae
Rebo hanya tinggal empat buah saja. Rumah yang tersisa itu pun
sebenarnya sudah sekarat kondisinya, lapuk dimakan usia.
Masyarakatnya tak
mampu lagi untuk membangun kembali dan melengkapinya menjadi tujuh
buah rumah seperti seharusnya. Kurangnya biaya menjadi alasan utama.
Tahun 2008 datanglah
rombongan Yori Antar bersama rekan-rekanya. Mereka adalah para
arsitek yang penasaran dengan kampung tradisional di pedalaman Flores
ini. Hanya berdasarkan informasi dari internet dan kartu pos yang
bergambar Wae Rebo, mereka begitu tertarik lalu nekat berangkat ke
sana.
Melihat kondisi Wae
Rebo yang sudah sekarat, Yori Antar dengan Yayasan Rumah Asuh
berupaya untuk mengembalikan keadaannya kembali sehat. Bantuan
dari swasta dan pemerintah serta beberapa donatur mulai mengalir,
mereka tergerak untuk menyelamatkan Wae Rebo.
Tahun 2010, dua
rumah kerucut yang sudah sekarat direnovasi. Selanjutnya tahun 2011
tiga rumah kerucut yang sebelumnya hilang dibangun kembali. Akhirnya
Wae Rebo memiliki tujuh rumah kerucut lagi seperti sedia kala. Tahun
berikutnya dua rumah lagi direnovasi, sehingga sekarang ketujuh rumah
ini dalam kondisi yang sangat bagus.
- Aksesibilitas
Desa Wae Rebo bisa
ditempuh 4 jam dengan berjalan kaki setapak dari
desa Denge (desa yang paling dekat dari desa Waerebo sekitar 9km)
menuju desa Waerebo. Dengan berjalan kaki dan menanjak akan memakan
energi yang cukup banyak dan cukup melelahkan. Untuk menuju
Denge menggunakan transportasi umum, kamu harus memulai perjalananmu
dari Ruteng, ibukota Kabupaten Manggarai. Ada penerbangan langsung ke
Ruteng dari Denpasar, hanya saja tidak setiap hari. Lebih mudah untuk
ke Labuan Bajo terlebih dahulu baru sebelum melanjutkannya dengan bus
atau travel menuju Ruteng.
Transportasi dari
Ruteng ke Denge atau Dintor (Dintor adalah desa di dekat Denge)
tidaklah banyak. Ada bemo, semacam angkot, yang beroperasi tidak
setiap hari. Yang setiap hari tersedia adalah oto kayu, truk yang
bagian bak belakangnya disulap dengan papan-papan menjadi tempat
duduk penumpang.
Oto kayu ini pun
hanya ada satu-dua yang beroperasi tiap hari. Mereka berangkat
dari Terminal Mena di Ruteng sekitar jam 9 sampai 10 pagi. Sampai di
Denge sekitar jam 2 siang. Mau waktu yang lebih fleksibel? Kamu
bisa menggunakan ojek, namun harus siap terjaga selama
perjalanan.
Di Dintor ada sebuah
penginapan bernama Wae Rebo Lodge. Pemiliknya bernama Pak
Martinus Anggo, orang Wae Rebo asli. Sedangkan di Denge, desa
terakhir sebelum perjalanan menuju Wae Rebo, ada homestay Wejang
Asih milik Pak Blasius Monta juga orang Wae Rebo. Di dekat homestay
Wejang Asih ini pula terdapat Pusat Informasi dan Perpustakaan
Desa Wae Rebo.
Pak Blasius Monta
dan Pak Martinus Anggo adalah dua orang yang sering mempromosikan Wae
Rebo sebagai tempat wisata. Mereka masih memiliki pertalian darah,
tepatnya saudara sepupu.3-4 kilometer awal perjalanan adalah jalanan
yang cukup untuk pemanasan.Tanjakannya belum terlalu curam, dan
jalannya pun cukup lebar. Trek selanjutnya adalah jalan setapak di
tengah hutan yang sangat rimbun. Beberapa kali jalurnya berada di
pinggiran tebing yang langsung berbatasan dengan jurang yang sangat
dalam.
Jalanan yang akan
dilalui terus menanjak, hingga sampai di jarak 2400 meter
sebelum Wae Rebo. Setelah itu, akan menemui jalan datar. Kurang dari
satu kilometer dari Wae Rebo, jalananmu akan turun dan melewati kebun
kopi.
- Prasarana
Prasarana
di desa Waerebo dapat dikatakan minim.
Dikarenakan lokasi desa ini sangat terisolasi dari dunia luar dan
cukup jauh dari desa luar serta desa ini terletak diatas gunung
sehingga prasarana di desa ini masih sangat minim tapi sangat indah
akan alam dan juga kebersihanya.
- Fasilitas
Desa
ini sudah memiliki fasilitas yang cukup bagi wisatawan yang
berkunjung. Karena letak desa ini berada di
atas gunung, fasilitas yang disediakan oleh masyarakat desa Waerebo
juga sudah cukup baik seperti fasilitas toilet yang bersih dan juga
terdapat air yang melimpah, selain itu juga terdapat tempat untuk
menginap disalah satu rumah di desa tersebut yang dapat dibilang
cukup nyaman dan sangat terasa keaslian dari desa tersebut. Selain
itu juga terdapat tempat sampah diluar rumah sehingga wisatawan tidak
perlu susah mencari tempat sampah. Dan masyarakat Waerebo juga
memberikan kita fasilitas minuman seperti kopi dan teh yang
disuguhkan kepada wisatawan yang baru tiba di desa tersebut.
Fasilitas
yang ada di kawasan Desa Waerbeo:
= Pemandu lokal
= Information Service
= Tempat sampah
= Lavatory
= Tempat makan yang disediakan oleh penduduk desa
= Penjualan souvenir seperti kain, kopi, dll yang ada di salah satu rumah penduduk
= Pemandu lokal
= Information Service
= Tempat sampah
= Lavatory
= Tempat makan yang disediakan oleh penduduk desa
= Penjualan souvenir seperti kain, kopi, dll yang ada di salah satu rumah penduduk
- Aktivitas Wisata yang Dapat Dilakukan
Ada
berbagai macam kegiatan wisata yang dapat dilakukan di Desa Waerebo
anatara lain adalah melihat pemandangan alami gunung dan bukit yang
membentang di Desa Waerebo, mengikuti kegiatan keseharian penduduk
Desa Waerebo, Memanen kopi dari perkebunan penduduk waerebo,
menyaksikan upacara adat, membantu memproses kopi dari biji menjadi
bubuk siap seduh. Kegiatan lain yang dilakukan adalah Hiking dan
tracking atau lintas Alam, kawasan Gunung Ruteng juga biasa digunakan
untuk kegiatan wisata ilmiah berupa kegiatan pengamatan flora dan
fauna.
- Pasar Wisata / Pengunjung
Pasar
wisata / Pengunjung yang berkunjung ke kawasan wisata Desa Wae Rebo
menurut demografi pengunjung untuk wisatawan mayoritas adalah orang
dewasa dan sangat jarang sekali anak dibawah umur dikarenakan medan
menuju Desa Waerebo yang sangat sulit, berasal dari luar pulau Flores
bahkan dari luar Indonesia, dengan pekerjaan yang beraneka ragam dari
mulai yang berhubungan dengan alam maupun tidak. Umumnya
Desa Waerebo sangat diminati oleh wisatawan mancanegara yang biasa
melakukan kegiatan ataupun perjalanan ke tempat-tempat yang masih
jarang di jamah oleh orang lain.
- Pengelola
Pada saat ini Desa
Waerebo di kelola oleh masyarakat Desa Waerebo dan dibantu oleh
Lembaga Pelestarian Budaya Waerebo.
- Latar Belakang Sejarah
Wae Rebo merupakan
bagian dari Desa Satar Lenda, Kecamatan Satarmese, Kabupaten
Manggarai Barat, Flores.Disini wisatawan mendapat kesempatan untuk
melihat dan tinggal di Mbaru Niang, sebuah rumah tradisional Flores
yang masih tersisa dan hanya ada di kampung Wae Rebo. Pada tahun 2012
silam, Mbaru Niang mendapatkan penghargaan dari UNESCO. Pemandangan
alam perbukitan dan hutan hijau yang masih asri, dengan diselimuti
kabut yang kadang tersibak oleh hembusan angin sehingga
memperlihatkan tujuh buah Mbaru Niang yang berdiri dengan anggunnya,
merupakan sebuah pemandangan bak di negeri khayalan.
Wae Rebo yang
berpenghuni 112 Kepala Keluarga atau sekitar 625 jiwa penduduk (data
2012) ini semakin mencuri perhatian wisatawan, terutama wisatawan
dari mancanegara. Tidak bisa dipungkiri bahwa selain faktor biaya
yang relatif mahal untuk sampai ke tempat ini, perjalanannya sendiri
pun memberikan pengalaman berpetualang dan tantangan tersendiri. Dari
data yang diperoleh pada tahun 2011, total ada 313 turis dari 19
negara yang datang berkunjung ke kampung ini.
Awalnya adalah Yori
Antar, seorang arsitek asal Jakarta yang penasaran dengan Mbaru Niang
dari sebuah kartu pos. Hingga pada 2008, Yori Antar berhasil
‘menemukan’ kampung Wae Rebo hanya berbekal kartu pos bergambar
Mbaru Niang. Melalui laporannya, banyak wisatawan asing yang akhirnya
mengetahui tempat ini dan kerap berkunjung ke Wae Rebo. Selain ingin
mengetahui tentang Mbaru Niang, suasana Wae Rebo yang terisolir dari
hiruk pikuk kota juga menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka.
Kearifan lokal masyarakat pedalaman yang masih bergantung dari alam
ini juga merupakan suguhan tersendiri ketika berkunjung ke kampung di
atas awan ini. Salah satu kearifan lokal yang masih mereka pegang
adalah menjaga kelestarian Mbaru Niang. Di Wae Rebo sendiri hanya
boleh ada tujuh buah Mbaru Niang tidak kurang dan tidak lebih. Satu
rumah Mbaru Niang bisa ditempati enam sampai delapan keluarga. Sisa
masyarakat yang tidak tertampung di Wae Rebo harus pindah ke kampung
Kombo, sebuah kampung yang terletak kira-kira lima kilometer dari Wae
Rebo yang kemudian mendapat julukan kampung kembaran Wae Rebo karena
sebagian besar penduduk kampung Kombo berasal dari Wae Rebo.
Penduduk Wae Rebo
sendiri bukannya tanpa usaha selain mendapat tambahan dari wisatawan
yang berkunjung. Kopi dan kain cura adalah salah satu usaha yang
menjadi penghasilan utama dari penduduk kampung Wae Rebo. Kopi yang
dijadikan komoditi adalah jenis arabika. Sedangkan kain cura menjadi
kerajinan kain tenun yang dilakukan oleh ibu-ibu di Wae Rebo. Kain
cura ini memiliki motif khas berwarna cerah. Untuk pejalan yang
memang tertarik untuk mengoleksi kain tenun dari beberapa daerah di
Indonesia, kain cura ini bisa menjadi pilihan tersendiri. Satu hal
yang disayangkan dari kampung Wae Rebo sendiri adalah dari sektor
pendidikan. Tidak ada sekolah di kampung ini. Oleh karena itu
anak-anak harus menuntut ilmu di kampung Kombo, yang artinya mereka
sudah harus merantau sejak umur tujuh tahun, kelas 1 SD.Menurut
cerita dari mulut ke mulut yang belum bisa dipastikan kebenarannya,
diketahui bahwa sekitar seribu tahun yang lalu, orang Minangkabau
datang ke Wae Rebo dan menetap disini. Mereka inilah yang menjadi
cikal bakal dan nenek moyang orang Wae Rebo.
- Obyek dan Daya Tarik Wisata yang dikunjungi
Objek dan daya Tarik
wisata di Desa Waerebo yang paling utama adalah 7 rumah adat yang
berada di Desa Waerebo. Dengan filosofi-filosofi yang terdapat
didalamnya, mulai dari 7 jumlah rumah nya. Perabotan yang ada di
dalamnya. Jumlah ruangannya. Dan juga jumlah tingkatan yang ada di
dalam satu rumah adat tersebut. Selain itu letak desa yang berada di
atas gunung juga menjadi daya tarik dari desa waerebo. Julukan desa
diatas awan yang disandang oleh Desa Waerebo menunjukan bahwa desa
ini terletak di atas pegunungan yang sangat indah.
terimakasih tulisannya mengenai sejarah awal dikenalnya wae rebo. sangat inspiring. Salam
BalasHapus