Sabtu, 12 Desember 2015

Kampung Bena

KAMPUNG BENA
1.Geografis
Kampung Bena adalah salah satu perkampungan megalitikum yang terletak di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Tepatnya di Desa Tiwuriwu, Kecamatan Aimere, sekitar 19 km selatan Bajawa. Kampung yang terletak di puncak bukit dengan view Gunung Inerie. Rumah adat yang beratapkan ijuk berjajar rapi seperti umpak-umpak tersusun ketika Anda memasuki beranda depan kampung di sisi utara. Posisi kampung sendiri memanjang dari sisi utara ke selatan. Namun hanya di bagian utaralah kita bisa melewati pintu masuknya karena di bagian selatan kampung yang merupakan daerah tertinggi merupakan tebing terjal yang tidak bisa dilalui.
2.Kondisi Fisik
Kampung ini saat ini terdiri kurang lebih 40 buah rumah yang saling mengelilingi. Badan kampung tumbuh memanjang, dari utara ke selatan. Pintu masuk kampung hanya dari utara. Sementara ujung lainnya di bagian selatan sudah merupakan puncak sekaligus tepi tebing terjal. Kampung ini sudah masuk dalam daerah tujuan wisata Kabupaten Ngada. Ternyata kampung ini menjadi langganan tetap wisatawan dari Jerman dan Italia. Ditengah-tengah kampung atau lapangan terdapat beberapa bangunan yang mereka menyebutnya bhaga dan ngadhu. Bangunan bhaga bentuknya mirip pondok kecil (tanpa penghuni). Sementara ngadhu berupa bangunan bertiang tunggal dan beratap serat ijuk hingga bentuknya mirip pondok peneduh. Tiang ngadhu biasa dari jenis kayu khusus dan keras karena sekaligus berfungsi sebagai tiang gantungan hewan kurban ketika pesta adat.

3.Aksesibilitas
Cara Menuju Bena: Penerbangan ke Kupang atau Labuan Bajo.
        1. Pilihan pertama adalah dari Jakarta cari penerbangan ke Labuan Bajo (biasanya) transit di Bali dan dari Labuan Bajo naik travel menuju Bajawa. Dari Bajawa Anda dapat menyewa mobil atau naik ojek untuk menuju ke kampung Bena.
        2. Rute kedua adalah penerbangan ke Kupang dan dari Kupang naik pesawat lagi menuju Ende. Lalu dari Ende Anda dapat naik travel atau bis umum menuju Bawaja dan setelah sampai Bajawa Anda dapat memilih sewa mobil atau ojek.
        3. Namun ada juga wisatwan yang menyewa mobil langusng dari Labuan Bajo ataupun Ende. Jarak kampung Bena dari ibukota kabupaten hanya sekitar 18 kilometer. Pilihan di tangan Anda.
4.Prasarana
Prasarana di sini sudah baik. Dapat ditemukan tempat sampah di beberapa tempat walaupun tidak banyak namun lingkungannya bersih, terawat, dan sangat masih alami.
5.Fasilitas
Di tempat wisata ini bersifat primitive dan alami serta belum tersentuh dengan kemajuan teknologi sehingga untuk fasilitas seperti took cenderamata, tourist information centre, dan lain sebagainya tidak ada di tempat ini.
6.Aktivitas Wisata Dapat Dilakukan
Aktivitas yang dapat dilakukan di sini adalah menikmati pemandangan, melakukan penelitian dan fotografi, sight-seeing, relaxing, melihat hasil tenunan masyarakat kampong Bena.
7.Pasar Wisata / Pengunjung
Pengunjung tempat wisata ini cenderung orang dewasa yang bermaksud melakukan observasi untuk keperluan penelitian mengenai Kampung Bena, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Tetapi, cenderung lebih banyak wisatawan mancangara yang datang mengunjungi Kampung Bena.
8.Pengelola
Di Bena terdapat sembilan suku yang menghuni 45 rumah. Kesembilan suku itu adalah suku Dizi, suku Dizi Azi, suku Wahto, suku Deru Lalulewa, suku Deru Solamae, suku Ngada, suku Khopa, dan suku Ago. Yang membedakan satu suku dengan suku lainnya adalah tingkatannya sebanyak 9 tingkat. Tiap suku berada di satu tingkatan, suku Bena sendiri berada di tengah dan dianggap suku paling tua dan pendiri kampung dan karena itulah nama kampung ini kampung Bena. Selain dikelola oleh suku-suku di Kampung Bena itu sendiri, wilayah ini juga dikelola oleh Dinas Pariwisata setempat dan dicalonkan sebagai salah satu situs warisan dunia UNESCO.
9.Latar Belakang Sejarah
Penduduk Bena termasuk ke dalam suku Bajawa. Mayoritas penduduk Bena adalah penganut agama katolik. Umumnya penduduk Bena, pria dan wanita, bermata pencaharian sebagai peladang. Untuk kaum wanita masih ditambah dengan bertenun. Pada awalnya hanya ada satu klan di kampung ini yaitu klan Bena. Perkawinan dengan suku lain melahirkan klan-klan baru yang sekarang ini membentuk keseluruhan penduduk kampung Bena. Hal ini bisa terjadi karena penduduk Bena menganut sistem kekerabatan matriarkat.Ada hal unik yan bisa kita lihat jika memperhatikan simbol di atas rumah warga ini: patung pria di atas rumah yang memegang parang dan lembing adalah Sakabolo, ini adalah rumah inti keluarga laki-laki. Yang tak kalah menarik adalah ketika memasuki teras rumah warga kampung Anda akan menjumpai banyak sekali tanduk kerbau, rahang dan taring babi dipajang menggantung berderet di depan rumah sebagai lambang status sosial orang Bena. Tanduk, rahang dan taring babi yang digantung itu biasanya berasal dari hewan-hewan yang dikorbankan saat upacara adat oleh masing-masing suku yang ada di kampung. Nga’du dan bhaga adalah dua simbol leluhur kampung yang berada di halaman, kisanatapat, tempat upacara adat digelar untuk berkomunikasi dengan leluhur mereka. Nga’du berarti simbol nenek moyang laki-laki dan bentuknya menyerupai sebuah payung. Sedangkan bhaga berati symbol nenek moyang perempuan yang bentuknya menyerupai bentuk miniatur rumah. Bentuk kampung Bena menyerupai perahu karena menurut kepercayaan megalitik perahu dianggap punya kaitan dengan wahana bagi arwah yang menuju ke tempat tinggalnya. Namun nilai yang tercermin dari perahu ini adalah sifat kerjasama, gotong royong dan mengisyaratkan kerja keras yang dicontohkan dari leluhur mereka dalam menaklukkan alam mengarungi lautan sampai tiba di Bena.
10.Objek & Daya Tarik Wisata
Daya Tarik dari tempat ini adalah cirri khas dari rumah adat, adat istiadat, dan juga kegiatan yang dilakukan oleh suku asli kampong Bena itu sendiri. Hal-hal tersebut itulah yang menjadi factor daya tarik utama pendorong minat wisatawan melakukan perjalanan ke Kampung Bena. Selain itu, pemandangan di sekitar Kampung Bena adalah Gunung Inereye yang sangat indah dan sangat mendukung daya tarik wisata di Kampung Bena itu sendiri. Kampung ini sama sekali belum tersentuh kemajuan teknologi. Arsitektur bangunannya masih sangat sederhana yang hanya memiliki satu pintu gerbang untuk masuk dan keluar, Menurut catatan Pemerintah Kabupaten Ngada, Kampung Bena diperkirakan telah ada sejak 1.200 tahun yang lalu. Hingga kini pola kehidupan serta budaya masyarakatnya tidak banyak berubah. Dimana masyarakatnya masih memegang teguh adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Bangunan arsitektur Bena tidak hanya merupakan hunian semata, namun memiliki fungsi dan makna mendalam yang mengandung kearifan lokal dan masih relevan diterapkan masyarakat pada masa kini dalam pengelolaan lingkungan binaan yang ramah lingkungan. Nilai yang dapat diketahui bahwa masyarakat Bena tidak mengeksploitasi lingkungannya ialah lahan pemukiman yang dibiarkan sesuai kontur asli tanah berbukit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar